Stres. Istilah ini begitu populer. Tekanan pekerjaan hingga keadaan keluarga sering dikaitkan dengan stres pada seseorang. Stres sendiri adalah respons tubuh saat menerima rangsang dari dalam maupun luar tubuh. Faktor dan ragam stimulus ini mempengaruhi respons tubuh terhadap stres.

Dikutip dari The Impact of Stress on Body Function: A Review yang dimuat di Experimental and Clinical Sciences Journal, salah seorang peneliti Amirhossein Sahebkar mengungkapkan bahwa,  stres mampu memicu faktor penyebab penyakit fisik maupun psikis.

Stres sendiri terbagi menjadi dua, eustress dan distressEustress adalah respons positif terhadap stres. Sebaliknya, distress adalah respons negatif terhadap stres. Eustress menghasilkan kekuatan positif yang mampu meningkatkan produktivitas individu dan membantu individu untuk berkembang. Setelah mencapai titik optimal, stres bersifat destruktif dan menimbulkan efek negatif bagi individu.

Distress secara fisik akan mengakibatkan kurangnya energi dari tubuh secara persisten, kurangnya nafsu makan, sakit kepala, dan lambung. Dikutip dari hasil riset berjudul Analisis Hubungan Antara Self Efficacy dan Beban Kerja Akademik dengan Stres Mahasiswa Profesi Ners yang dimuat di Psychiatry Nursing Journal September 2020¸ salah seorang peneliti, Mitha Permata Dini, mengungkapkan, tingginya tingkat distress pada mahasiswa keperawatan berpengaruh terhadap kecemasan dan depresi. Bahkan, ada keinginan untuk bunuh diri, pola hidup yang buruk, gangguan pola tidur, sakit kepala, dan perasaan tidak berdaya.

Menurut S. Bressert dalam The Impact of Stress, ada beberapa tanda bahwa stres telah berdampak pada fisik. Seperti, adanya gangguan tidur, peningkatan detak jantung, dan ketegangan otot. Bisa pula berupa, pusing, demam, kelelahan, dan kekurangan energi. Adanya dampak pada aspek kognitif ditandai dengan kebingungan, sering lupa, kekhawatiran, dan kepanikan. ’’Pada aspek emosi, dampak dari stres di antaranya sensitif, mudah marah, frustrasi, dan merasa tidak berdaya,’’ sebutnya.

Sahebkar dari Department of Medical Biotechnology, School of Medicine, Mashhad University of Medical Sciences, Iran, menyebutkan, stres berpengaruh pada daya ingat seseorang. ’’Hal ini berkaitan dengan peran hormon yang diproduksi saat seseorang stres dengan bagian otak bernama hippocampus,’’ bebernya.

Apabila stres, seseorang cenderung akan menghabiskan vitamin B dari tubuh yang sangat penting untuk sistem tubuh untuk menghadapi ketakutan. Hal ini juga bisa mengurangi penyerapan nutrisi dalam sistem tubuh dari makanan yang dikonsumsi dan dari suplemen yang masuk ke dalam tubuh.

Meski begitu, terdapat beberapa langkah untuk mengelola stres sebelum kesehatan terganggu. Cobalah langkah sederhana ini dalam gaya hidup, agar tubuh lebih siap mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari.

Cukup tidur berperan memulihkan tubuh, pikiran, serta membantu memelihara kesehatan mental dan fisik. Orang yang tidur 7-8 jam setiap malam lebih bisa menikmati kesehatan daripada orang yang kurang tidur. Keletihan kerap membuat seseorang kurang mampu mengatasi situasi yang penuh tekanan.

Mengonsumsi makanan sehat-seimbang diharapkan memperbaiki tingkat nutrisi tubuh. Saat seseorang stres maka vitamin B dalam tubuhnya akan berkurang. Dengan mengonsumsi makanan yang benar dan menjaga asupan makanan dapat menolong mengurangi stres serta mendorong lebih banyak energi. Upayakan waktu makan tanpa terburu-buru, tenang, dan rileks. Makan dalam perjalanan membuat seseorang cenderung memilih jenis makanan yang buruk. Atmosfir penuh kesibukan justru akan menyumbang terjadinya stres yang lebih besar. Bila perlu, tambahkan suplemen. Salah satunya, vitamin B12 yang ikut mendorong aktivitas sel saraf dalam tubuh.

Olahraga yang teratur merupakan salah satu kunci untuk mengurangi stres. Tidak ada yang menyangkal, olahraga aerobik sebagai satu cara menyalurkan energi di kala stres. Jangan lupa untuk menikmati kesenangan yang sederhana.  Terkadang hal-hal kecil justru sangat berarti. Contoh sederhana, ambil waktu berjalan di sekitar danau atau taman, bermain dengan anak-anak, atau sekadar membaca buku. Upayakan menyediakan waktu senggang untuk melakukan hal-hal sederhana yang menghadirkan kegembiraan.

Meski hidup tidak mungkin terhindar dari stres, tapi kita masih bisa menyikapi dan mengelola stres tersebut. Harapannya, kualitas hidup menjadi lebih baik. Yakinkan pada diri sendiri bahwa kita bisa menikmati kehidupan dengan penuh semangat.

sumber : IKA FK UNAIR